Sebagai implementasi matakuliah apresiasi puisi Indonesia, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bung Hatta memproduksi karya musikalisasi puisi di Ruang Teater, Pusat Sumber Belajar (PSB) Kampus Proklamator II Bypass Aia Pacah Padang, Rabu (29/11/23). Di bawah bimbingan dosen Rio Rinaldi, M. Pd., proses latihan ini diawali dengan pembacaan teks dan dekonsentrasi makna sehingga penciptaan musikalisasi puisi ini didasari atas pemahaman dan pemaknaan terhadap isi teks.
"Kami memberikan kebebasan bagi mahasiswa untuk berkreasi dengan caranya masing-masing. Fasilitas ruang belajar berikut dengan perangkat disediakan oleh Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,"sebut Rio Rinaldi.
Lebih lanjut, Rio Rinaldi menambah bahwa para mahasiswa ini dibentuk atas beberapa kelompok dan diberikan tugas masing-masingnya mengalihwahanakan teks puisi menjadi karya seni pertunjukan. Aransemen musik dan komposisi diselaraskan berdasarkan hasil diskusi yang berkembang di dalam kelas.
Proses latihan ini disiapkan untuk pertunjukan yang maksimal sebagai luaran matakuliah yang diampu oleh dua dosen berpengalaman di bidang sastra, Dr. Hasnul Fikri, M. Pd. dan Rio Rinaldi, M. Pd.
Sebelumnya, para mahasiswa sudah dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, teori, dan pendekatan analisis puisi berdasarkan berbagai perspektif. Mahasiswa telah dimantapkan oleh Dr. Hasnul Fikri, M. Pd., seputar analisis puisi yang menjembatani antara konsep dan praktik apresiasi puisi. Selanjutnya, praktik apresiasi puisi bagi mahasiswa dibimbing oleh Rio Rinaldi, M. Pd., sebagai dosen 2. Bersama beliau, para mahasiswa dibimbing dan dilatih dalam praktik pembacaan puisi, musikalisasi puisi, dan alih wahana lainnya.
"Harapan kami di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, para mahasiswa ini bisa berkiprah di luar kampus setelah ini. Pengalaman di kampus adalah batu loncatan yang diharapkan dapat memotivasi para mahasiswa agar lebih giat lagi dalam kegiatan bersastra. Apalagi, para mahasiswa ini sangat berpotensi menghidupkan kembali komunikasi seni yang sebelumnya telah dibentuk, namun nonaktif,"tutup Rio Rinaldi (*)